Tradisi Banten
Suku Baduy di Desa
Kanekes, Leuwidamar, Banten, selama ini hidup dalam aturan adat yang kuat.
Aturan ini mencakup semua kegiatan, tingkah laku, serta barang yang digunakan.
Begitu juga dengan pakaian yang melekat pada masyarakat Suku Baduy. Pakaian
atau baju adat ini telah menjadi ciri khas masyarakat karena warna dan
desainnya yang sederhana. Warna hitam dan putih menjadi warna yang dominan
dalam pakaian adat Suku Baduy.
Baju adat Suku Baduy
terbuat dengan bahan yang didapat dari alam sekitar. Hal ini mudah saja karena
pegunungan yang kaya hasil alam telah menjadi tempat tinggal Suku Baduy sejak
bertahun-tahun lamanya.
Proses dimulai dari
menanam biji kapas hingga panen. Selanjutnya, proses memintal kapas hingga
menjadi benang. Kapas yang telah menjadi benang selanjutnya ditenun oleh kaum
perempuan Suku Baduy hingga menjadi bahan. Bahan inilah yang nantinya akan
dibuat menjadi baju adat dan dipakai sehari-hari untuk beraktivitas.
Pakaian untuk
laki-laki Suku Baduy disebut dengan jamang sangsang. Baju ini berlengan panjang
dengan cara pakai hanya disangsangkan atau hanya dilekatkan pada tubuh. Desain
baju sangsang berlubang pada bagian leher sampai dada serta tidak menggunakan
kerah, kancing, dan kantong.
Baju adat ini
didominasi dengan warna putih dan tidak boleh dijahit menggunakan mesin jahit.
Warna putih pada baju diartikan dengan kehidupan mereka yang suci dan tidak
terpengaruh budaya luar. Warna ini hanya dikhususkan bagi Suku Baduy Dalam.
Berbeda dengan masyarakat Baduy Luar, Mereka menggunakan baju kampret bewarna
hitam atau biru tua. Baju adat masyarakat Baduy Luar juga sudah terpengaruh
budaya luar, terlihat dari kantong dan kancing yang digunakan dalam mendesain
baju.
Pada bagian bawah atau
celana, Suku Baduy hanya menggunakan kain bewarna biru kehitaman yang
dililitkan pada bagian pinggang. Celana ini diikat dengan selembar kain yang
berfungsi sebagai ikat pinggang. Sedangkan di bagian atas, kain ikat kepala
digunakan sebagai penutup. Ikat kepala ini dibedakan dengan warna putih dan
biru tua. Untuk putih diperuntukkan bagi Suku Baduy Dalam sedangkan warna biru
tua bercorak batik menjadi ikat kepala yang digunakan Suku Baduy Luar.
Umumnya Suku Baduy
baik luar maupun dalam selalu membawa bedog atau golok dalam kesehariannya.
Aksesoris lainnya sebagai tambahan pakaian adat Suku Baduy yaitu tas yang
terbuat dari kulit kayu pohon terep. Tas yang disebut koja atau jarog ini
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Suku Baduy. Karena tas ini berfungsi
sebagai tempat menyimpan perlengkapan yang dibutuhkan suku yang mendiami
wilayah Banten ini.
Untuk kaum perempuan Suku
Baduy, pakaian adatnya hanya berupa kain atau semacam sarung bewarna biru
kehitam-hitaman. Kain ini berupa kebaya dengan motif batik yang dipakai dari
tumit hingga ke dada. Perbedaan yang paling mencolok terlihat jika pakaian ini
dipakai oleh perempuan yang sudah menikah dan belum. Jika yang sudah menikah
baju terlihat terbuka di bagian dada sedangkan untuk perempuan yang belum
menikah maka bagian dada akan tertutup.